Jumat 17 Oct 2014 20:18 WIB

CT: Dua Tahun Ke Depan Ekonomi Penuh Tantangan, tapi...

Rep: Satya Festiani/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Chairul Tanjung memberikan sambutan saat acara peresmikan proyek pencanangan implementasi program NCICD: pemulihan ketahanan lingkungan ibukota Negara RI yang berkelanjutan di Jakarta, kamis (9/10). (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Chairul Tanjung memberikan sambutan saat acara peresmikan proyek pencanangan implementasi program NCICD: pemulihan ketahanan lingkungan ibukota Negara RI yang berkelanjutan di Jakarta, kamis (9/10). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung (CT) mengingatkan bahwa dalam dua tahun ke depan Indonesia dihadapi pada banyak tantangan. Tantangan tersebut terutama berasal dari eksternal.

Ia mengatakan, Indonesia selama beberapa tahun terakhir dapat tumbuh tinggi karena mendapat dorongan dari eksternal, terutama dari quantitative easing yang dilakukan oleh AS. "Uang dari AS mengalir kemana-mana, termasuk ke Indonesia. Akibatnya pertumbuhan ekonomi tumbuh luar biasa," ujar CT, Jumat (17/10). Uang masuk ke Indonesia karena imbal hasil yang lebih tinggi.

Kini, AS menarik uang tersebut karena keadaan ekonomi AS membaik. Itu menyebabkan aliran uang keluar dari Indonesia. Perbaikan ekonomi AS pun menyebabkan suku bunga AS akan meningkat sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.

"Dengan situasi itu, siapkah kita menanggulangi masalah tersebut? Apalagi kita Senin besok punya pemerintahan baru," ujarnya.

Perlambatan ekonomi Cina juga menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia. Pasalnya, keadaan tersebut mengurangi konsumsi dalam negeri sehingga secara signifikan akan mengurangi permintaan dan potensi ekspor Indonesia. Padahal, Cina adalah mitra dagang terbesar Indonesia.

Negara-negara maju seperti Uni Eropa dan Jepang juga mengalami koreksi pertumbuhaan. Uni Eropa belum juga pulih pasca krisis 2008 dan bahkan dikhawatirkan akan mengalami krisis ekonomi lanjutan.

Sedangkan di Jepang, pertumbuhan melambat akibat penerapan kebijakan struktural terkait pajak. Perekonomian Jepang diprediksi tidak akan kembali baik untuk tahun depan mengingkat wacana pemerintah untuk kembali menaikkan pajak penjualan.

Perlambatan ekonomi dari negara-negara tersebut mengurangi permintaan komoditas dan kemudian berdampak pada penurunan harga dari komoditas. Padahal, ekspor Indonesia masih bergantung pada komoditas sehingga masalah ini akan mempengaruhi neraca berjalan Indonesia.

Kendati demikian, CT optimis tantangan tersebut dapat dilewati oleh Indonesia. Namun, kerja sama dan koordinasi perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut. "Ekonomi tak bergerak di ruang hampa. Ekonomi memerlukan situasi politik yang kondusif," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement