REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pengusaha tahu di Purwakarta mengeluhkan tingginya harga kacang kedelai di pasaran. Dalam satu pekan terakhir, bahan baku pembuatan tahu itu sudah mencapai harga Rp 830 ribu per kwintal. Hal ini pun beradampak pada menurunnya daya serta pengetatan biaya produksi.
"Harga kedelai tinggi sekali. Terpaksa produksi saya kurangi," kata Ahmad Saeful, seorang pengusaha tahu di Purnawarman Timur, Purwakarta, Jumat (17/10).
Menurutnya, harga kedelai terus mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Dua tahun yang lalu, ia merasakan harga kedelai hanya sebesar Rp 520 ribu per kwintal.
Kini, harga kedelai yang ia dapatkan dari bandar sudah dihargai Rp 830 ribu. Beberapa bulan sebelumnya, kata Ahmad, harga kedelai kurang lebih Rp 790 ribu. "Harga kedelai terus naik dari tahun ke tahun," tegas Ahmad.
Meski biaya produksi terus meningkat, Ahmad mengaku tak bisa menaikkan harga jual tahu. Ahmad khawatir jika ia menaikkan harga, tahu yang ia produksi tidak akan laku. Kini, Ahmad masih menerapkan harga jual sebesar Rp 30 ribu per loyang.
Untuk menyiasati masalah tersebut, Ahmad terpaksa mengurangi jumlah pegawai yang ia miliki untuk memotong biaya produksi. Jika dulu Ahmad memiliki 12 pegawai kini ia hanya memiliki tujuh pegawai. Selain itu, Ahmad juga mengurangi kapasitas produksi pabrik tahunya. Dari penggunaan kedelai sebesar lima kwintal per produksi berkurang menjadi hanya tiga kwintal per produksi.
"Dengan pengetatan biaya seperti itu juga tetap saja keuntungan yang saya dapat tipis sekali," kata Ahmad.
Sementara itu, Udin (20 tahun) pedagang gorengan di Kelurahan Nagri Kaler, Purwakarta mengaku belum merasakan dampak kenaikan harga kedelai.
"Saat ini harga tahu tempe masih standar," kata Udin.
Meski begitu, Udin merasa cukup cemas jika kenaikan harga kedelai akan berdampak pada penjualannya ke depan. "Ya, mudah-mudahan bisa turun. Nanti kalau harga tahu dan tempe naik pelanggan saya bisa hilang semua," tutupnya.