REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga-harga barang pada November diprediksi naik. Namun, daya beli masyarakat masih tinggi. Hal itu terlihat dari survei penjual eceran yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada Agustus.
Berdasarkan survei tersebut, tekanan harga pada November akan meningkat. Indikasinya terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) pada November yang meningkat 21,6 poin menjadi 152. Meningkatnya ekspektasi harga didorong oleh adanya kekhawatiran terkait kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan kenaikan harga barang dari distributor.
Kendati demikian, daya beli masyarakat masih akan tinggi. Pertumbuhan penjualan riil pada November diperkirakan meningkat, terlihat dari nilai saldo bersih terhadap ekspektasi penjualan yang sebesar 142,4, meningkat 13,7 poin dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan dipengaruhi oleh tingginya permintaan dan daya beli masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru.
Peningkatan ekspektasi penjualan pada November, lebih tinggi dibandingkan Juli lalu ketika terdapat Hari Raya Lebaran. Ekpektasi penjualan pada Juli sebesar 141,3. Pada saat yang sama, ekspektasi harga pada Juli juga tercatat meningkat, yakni sebesar 151,6.
Sementara itu, daya beli diprediksikan akan menurun pada Februari. Nilai saldo bersih terhadap ekspektasi penjualan pada Februari 2015 sebesar 125,5. Angka tersebut menurun 4 poin dari bulan sebelumnya. Ekspektasi terhadap penurunan penjualan riil disebabkan oeh menurunnya permintaan dan daya beli masyarakat.
Sejalan dengan menurunnya daya beli masyarakat, ekspektasi harga pada Februari pun turun menjadi 135,1. Penurunan ekspektasi harga juga diprediksikan dipengaruhi oleh lancarnya distribusi barang.