Kamis 02 Oct 2014 22:38 WIB

OJK: MEA Bukan Ancaman, Tapi...

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Petugas memberikan informasi mengenai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kapada pengunjung dalam pameran Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) 2014 di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (26/9).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas memberikan informasi mengenai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kapada pengunjung dalam pameran Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) 2014 di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (26/9).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang kian dekat, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat itu bukan sebagai ancaman bagi pasar modal Indonesia. Kepala Departemen Pengawas Pasar Modal 2A Fakhri Hilmi mengatakan isunya di MEA bukan capital outflow, tapi membangun kesiapan regulator dan pelaku di Indonesia menghadapinya.

''Ini bukan ancaman, tapi peluang sebab integrasi ini membuka peluang Indonesia meraih pasar di ASEAN,'' kata Fakhri usai membuka seminar Kesiapan Perusahaan Efek Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kamis (2/10).

Jika persiapan tidak maksimal, maka partisipasinya pun akan minim. Fakhri yakin Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) sudah memiliki formula untuk menghadapi itu.

Ada beberapa aturan yang sedang dibahas OJK guna menghadapi MEA, termasuk kesempatan investasi lintas ASEAN. Tapi masih perlu didiskusikan dengan pelaku pasar modal karena OJK ingin aturan bermanfaat untuk semua.

Diakui Fakhri ada kesepakatan teknis di ASEAN untuk pasar modal lintas negara. Misalnya penawaran reksa dana yang diutamakan untuk pasar domestik dulu sebelum kepada asing. Konten itu pun sudah masuk dalam bahasan peraturan OJK termasuk mengenai dispute resolutionnya.

Saat ini OJK sendiri tengah membenahi internal soal aturan seperti mengenai perizinan sales. ''Jumlah sales yang masih kurang perlu ditambah untuk mendorong peningkatan jumlah investor. Sehingga pemasaran perusahaan efek bisa lebih jauh,'' ungkap Fakhri.

Investor Indonesia saat ini masih 0,16 persen yang didominasi perorangan. Tapi nilai investasinya masih lebih kecil dibanding investor institusi. Jika dibandingkan dengan Filipina yang investor domestiknya sudah 15 persen, Indonesia masih harus mengejar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement