REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tetap melambat hingga tahun depan. Pertumbuhan ekonomi pada 2015 diprediksi sebesar 5,8 persen.
Deputy Country Director ADB, Edimon Ginting mengatakan perlambatan disumbang dari penurunan nilai ekspor. Pelarangan ekspor biji mineral mentah termasuk berkontribusi paling besar.
"Ada prospek peningkatan pertumbuhan ke depan kalau pemerintah baru memperbaiki iklim investasi, birokrasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur," kata Ginting, Kamis (25/9).
Perekonomian global juga diprediksi terus membaik. Hal ini diharapkan dapat memicu ekspor dan investasi.
Jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2014, pada paruh pertama ekspor barang turun sebesar 2,3 persen. Akibatnya, terjadi kelesuan harga komoditas ekspor seperti batubara dan karet.
Kemudian impor barang juga turun 4,4 persen. Penurunan terbesar yaitu untuk golongan bahan mentah dan barang modal. Defisit perdagangan jasa dan neraca pendapatan menghasilkan defisit transaksi berjalan sebesar 13,3 miliar dolar AS.
Hingga akhir tahun 2014, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,3 persen. Angka ini lebih rendah dari perkiraan di bulan April sebesar 5,7 persen.
Pada paruh pertama 2014, pertumbuhan PDB sempat melambat hingga 5,2 persen. Perlambatan ini setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk membatasi permintaan dalam negeri, mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan.