REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) mendapatkan pinjaman sebesar Rp 5 triliun dari empat bank asing. Pinjaman tersebut dipakai untuk meningkatkan cadangan likuiditas sehingga bank swasta terbesar itu dapat menyalurkan kreditnya.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pinjaman bertenor kurang dari satu tahun tersebut didapat dari empat bank asing di Indonesia dan luar negeri. Suku bunganya pun tergolong rendah, yakni 1,1-1,2 persen.
"Kita sudah pakai, begitu dapat langsung kita swap ke BI, makanya dapat rupiahnya," ujar Jahja yang ditemui usai acara Banking Efficiency Award 2014, Rabu (24/9).
Menurutnya, pinjaman tersebut cukup sebagai cadangan likuiditas. Karena BCA mencatatkan kenaikan deposito. Padahal BCA baru saja menurunkan suku bunga deposito dari 9,25 persen menjadi 8,5 persen.
Jahja mengatakan, telah menurunkan bunga deposito pada Agustus dan September. Lalu pada pertengahan September, deposito meningkat Rp 2,9 triliun.
Ia menambahkan, akan kembali menurunkan bunga deposito jika perolehan depositonya kembali meningkat. Cadangan tersebut akan digunakan untuk menyalurkan pinjaman.
"Saya sejak selesai Pilpres banyak kita berikan pinjaman-pinjaman, tapi belum ditarik, jadi saya harus sediakan," ujarnya.
BCA menilai model pendanaan dengan menggunakan pinjaman luar negeri hanya dapat dilakukan oleh bank-bank besar, bank campuran, serta bank pemerintah. Bank menengah dan bank kecil belum dapat melakukan hal tersebut.
"Kalau bank besar bisa begini pasti tekanannya turun, karena bank kecil mengikuti bank besar," ujarnya.