Jumat 19 Sep 2014 14:29 WIB

Miris, Negeri 'Kaya Minyak' tak Bisa Lifting 900 Ribu Barel

Rep: C88/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
  AKtivitas para pekerja di ladang minyak dan gas (migas) Handil, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.  (Republika/Agung Sasongko)
AKtivitas para pekerja di ladang minyak dan gas (migas) Handil, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. (Republika/Agung Sasongko)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementrian ESDM Tumiran mengatakan target pemerintah untuk menaikkan lifting minyak sebesar 900 ribu barel per hari sulit tercapai. Saat ini produksi minyak baru di kisaran 800 ribu barel per hari. "Menaikkan 100 ribu barel saya kira sulit," kata Tumiran pada Jumat (19/9) di Jakarta.

Lifting baru dapat dipenuhi jika blok Cepu dipercepat operasinya pada 2015. Tetapi untuk menggenjot produksi hingga mencapai 900 ribu barel membutuhkan waktu 1-2 tahun.

Menurutnya, menaikkan harga bbm bersubsidi adalah sebuah keniscayaan. Oleh karenanya tugas pemerintah untuk dapat mensosialisasikan kenaikan ini agar dapar diterima masyarakat.

Tata kelola minyak di Indonesia dinilai Tumiran masih lemah dan belum cukup transparan. "Penggunaan energi di berbagai sektor masih belum efisien," imbuhnya.

Masalah lain yang menghadang sektor perminyakan antara lain harga bbm yang masih di bawah nilai keekonomian dan infrastruktur belum memadai. Menurutnya, subsidi BBM hendaknya dialihkan ke sektor yang mendorong perekonomian dan meningkatkan lapangan kerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement