Rabu 10 Sep 2014 18:14 WIB

Kebanyakan Formalin, Industri Makanan Indonesia Kalah Saing

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Indah Wulandari
Sejumlah petugas dari Balai Besar POM (BBPOM) mengambil sampel makanan takjil yang untuk diuji apakah mengandung formalin dan pewarna tekstil.
Foto: Antara/Eric Ireng
Sejumlah petugas dari Balai Besar POM (BBPOM) mengambil sampel makanan takjil yang untuk diuji apakah mengandung formalin dan pewarna tekstil.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), mengklaim belum siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).

“Industri kecil makanan dan minuman Indonesia masih berada di level dua. Jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Jadi, persaingannya akan sangat berat,” beber Ketua Umum GAPMMI, Adhi S Lukman, Rabu (10/9).

Penyebab kesulitan ini, banyak faktor. Salah satunya, soal kehigienisan dan keamanan makanan dan minuman tersebut. Serta, masih minimnya pra saranan dan sarana yang disiapkan pemerintah.

dhi menyebutkan, kehigienisan makanan minuman Indonesia masih satu level dibawah Singapura dan Malaysia. Salah satunya, makanan dan minuman di Indonesia masih banyak yang menggunakan bahan berbahaya, seperti formalin.

Selain itu, kehigienisannya masih belum terjaga. Salah satunya, di Indonesia sanitasi yang bagus masih sangat jarang. Akibatnya, air untuk mencuci bahan makanan dan minuman ataupun alat memasaknya tidak terjamin kehigienisannya.

Karena itu, pihaknya meminta supaya pemerintah juga bisa membantu pelaku industri kecil ini. Seperti, dengan memberikan edukasi mengenai keamanan dan kehigienisan bahan makanan serta minuman. Serta, membangun infrastruktur sanitasi yang memadai dan sesuai dengan standar internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement