REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus menjaga defisit neraca berjalan (Current Account Defisit/CAD) agar tidak melampaui tiga persen. Kesepakatan yang dibuat dengan perusahaan tambang diharapkan bisa membuat CAD normal hingga akhir tahun.
Wakil Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan dua hal yang sedang populer ditanyakan investor yaitu tentang Bahan Bakar Minyak (BBM) dan ekpor mineral. Kedua hal ini menyumbang kontribusi besar dalam pergerakan CAD Indonesia.
Bambang mengatakan bahwa menaikkan harga BBM bisa mengurangi trade deficit, khususnya defisit migas. Namun pemerintah menjamin harga BBM tidak akan naik sampai pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berakhir. Kuota BBM juga tidak bisa melebihi 46 juta kiloliter hingga akhir tahun.
"Dengan mengurangi defisit migas, otomatis mengurangi deficit trade balance, atau surplus trade balance bakal lebih baik. Nantinya mengurangi defisit neraca berjalan," katanya akhir pekan ini.
Dengan kondisi sekarang, pemerintah masih memperkirakan defisit neraca berjalan sebesar 2,5 persen. Posisi ini dirasa masih nyaman untuk semua pihak meskipun masih bisa berubah.
Kemudian untuk pertumbuhan ekonomi, Bambang memperkirakan sebesar 5,2 hingga 5,3 persen. Hal ini melihat kondisi pada dua triwulan pertama dimana ada kendala di sektor pertambangan, ekpor dan rendahnya serapan belanja pemerintah.
Akibatnya pertumbuhan ekonomi merosot ke angka 5,12 persen pada kuartal dua. Lebih rendah dibandingkan kuartal satu sebesar 5,21 persen.
"Kalau ada perbaikan, mudah-mudahan semester 2 ini bisa ke 5,3 persen," kata Bambang.
Sementara terkait ekspor mineral, pemerintah siap kembali berunding dengan Nusa Tenggara Partnership BV. Perundingan ini agar Newmont Nusa Tenggara (NNT) bisa memulai produksi di Batu Hijau dan kembali melakukan ekspor.