REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi syariah Adiwarman Karim mengatakan Indonesia Timur adalah pasar yang potensial bagi perbankan syariah. Transaksi antar pulau di Indonesia bagian timur sangat aktif. Akibatnya, marjin perdagangan di wilayah tersebut cukup besar.
"Ini peluang yang bagus sekali untuk bank syariah karena warga di sana bersedia membayar suku bunga yang tinggi," kata Adiwarman saat dihubungi Republika pada Selasa (26/8).
Menurutnya, agar bank syariah dapat diterima oleh masyarakat setempat perlu dilakukan pendekatan yang sesuai dengan kearifan lokal. Sehingga, kehadirannya dapat lebih diterima oleh masyarakat.
"Perlu adanya pendekatan bisnis dengan lembaga keuangan lokal agar bank syariah tidak dianggap sebagai kompetitor," tambahnya. Pendekatan bisnis itu, kata Adiwarman, dapat dilakukan dengan cara memberi bantuan modal kepada lembaga lokal dengan sistem channeling.
Adiwarman melanjutkan, di negara-negara Eropa yang mayoritas non-muslim tidak ada penolakan atas bank syariah. Hal itu dikarenakan bank syariah yang beroperasi di benua biru tidak sebesar bank konvensional yang ada di sana. Oleh sebab itu masyarakat tidak menganggap bank syariah sebagai kompetitor yang mengancam sistem keuangan konvensional.