REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah pengidap kanker yang semakin tinggi membuat PT Kalbe Farma meningkatkan investasinya dari Rp 200 menjadi Rp 250 miliar untuk memproduksi obat kanker atau onkologi. Dana Rp 250 miliar tersebut memiliki kapasitas 3-5 juta unit obat plus dana penelitiannya mencapai Rp 125 miliar.
"Harapannya tiga jenis obat kanker kami rilis pada kuartal ketiga, dan dua jenis lagi dirilis pada kuartal keempat tahun ini," ungkap Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe Vidjongtius, Kamis (21/8).
Rencana ini, menurutnya, memang sudah digagas medio tahun 2011 lalu. Dengan pertimbangan kontribusi penjualan obat kanker terhadap kinerja keuangan perusahaan masih di bawah 10 persen.
Vidjongtius memprediksi kontribusi itu bakal membesar. Caranya, perseroan menjaga pertumbuhan obat kankernya pada kisaran 20-30 persen per tahun. Pabrik obat kanker pun segera dibangun di sekitar Pulo Gadung, Jakarta Timur, dengan pasar utama di dalam negeri. Namun, pada masa mendatang, perseroan menargetkan kawasan ASEAN sebagai perluasan pasar.
Agar rencana untuk menyasar pasar luar negeri tak terhambat, perseroan berusaha meningkatkan kualitas produk sesuai dengan standar Eropa. Kendati bahan baku obat kanker masih diimpor, karena produksi bahan baku lokal masih kecil.
Impor bahan baku tadi, diakui Vidjontius, merupakan suatu kemajuan bagi Kalbe Farma. Lantaran sebelumnya perseroan mengimpor obat jadi. Kemajuan ini membuat harga obat Kalbe lebih bersaing di pasar.
"Lembaga survei Nielsen mencatat pasar produk farmasi di Indonesia terus tumbuh signifikan. Penjualan produk farmasi secara eceran hingga Agustus tahun ini tumbuh hampir 10 persen atau dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," jelasnya.
Menurut survei Nielsen, pertumbuhan penjualan produk farmasi eceran ini didorong oleh konsumen dari kelas menengah dan kelas bawah. Nilai pembelanjaan di kelas bawah naik 43 persen dan jumlah pembelian di kelas menengah naik 30 persen.