REPUBLIKA.CO.ID, LINDAU -- Negara-negara berkembang (emerging market) diperkirakan terkena dampak besar atas penghentian program stimulus ekonomi AS dan akan dinaikkannya suku bunga the Fed. Peraih Nobel Ekonomi Joseph Stiglitz menyarankan negara-negara berkembang bersiap-siap mengantisipasi dampak kebijakan the Fed yang baru akan direalisasikan pada pertengahan 2015 itu.
"Emerging market (termasuk Indonesia) harus segera mempertimbangkan untuk menggunakan capital control dan menggunakan teknik pengelolaan capital account yang baik," kata Stiglitz pada forum pertemuan peraih Nobel Ekonomi dengan ekonom dari seluruh dunia di Lindau, Jerman, Rabu (20/8).
Menurut Stiglitz, negara berkembang yang memiliki cadangan devisa yang besar dan neraca transaksi modal dan finansial yang terkelola dengan baik, akan berada dalam posisi yang menguntungkan dalam menghadapi tekanan ekonomi global. Tekanan ini termasuk kenaikan suku bunga the Fed Fund dan bahkan krisis ekonomi global sekalipun.
Kebijakan kontrol modal ini dimaksudkan untuk mencegah pembalikan uang ketika suku bunga the Fed dinaikkan. Stiglitz mengingatkan meski the Fed tidak akan menaikkan bunga acuannya tinggi-tinggi, namun dampaknya besar bagi ekonomi global, terutama pada negara-negara yang sedang tumbuh.
Ekonom UI yang juga peneliti di Bank Indonesia (BI), Muslimin Anwar, hadir pada pertemuan para ekonom global itu. Muslimin sempat berbincang dengan Stiglitz yang juga mantan kepala ekonom Bank Dunia ketika Bill Clinton menjabat presiden AS.