Rabu 20 Aug 2014 14:55 WIB

Memahami Ekonomi Syariah, Kunci Sukses di Asia Tenggara

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Djibril Muhammad
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Dalam beberapa tahun terakhir pasar Asia Tenggara menjadi lokasi menarik untuk lahan investasi dan ekspansi. Hanya saja lembaga riset asal Korea Selatan mewanti-wanti industri asuransi negara tersebut jika ingin sukses menembus Asia Tenggara.

Menurut laporan Korea Insurance Research Institute (KIRI), kunci sukses masuk Asia Tenggara adalah dengan memahami budaya keuangan Islami. Selain itu juga mengembangkan rasa saling percaya.

Analis KIRI, Jeon Yong Sik dikutip dari Koreatimes.co, menyampaikan Asia Tenggara adalah rumah bagi populasi Islam terbesar di dunia. Dua negara utama yaitu Indonesia dan Malaysia saat ini diketahui sedang menggenjot ekonomi syariah.

"Memahami praktik keuangan di seluruh wilayah adalah kunci... khususnya di Indonesia dan Malaysia," tutur dia dikutip dari koreatimes.co, Senin (18/8).

Hanwha Life Insurance mengembangkan cabang pertama mereka di Vietnam pada 2009. Perseroan ini berencana untuk melebarkan sayap ke Indonesia pada Oktober mendatang di mana hampir 50 persen pasarnya dikuasai asing.

Sedangkan Asuransi LIG justru mendirikan cabang pertama di Indonesia pada tahun 1997. Kemudian mereka membuka cabang di Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Asia Tenggara selama ini menarik perhatian dunia internasional karena memiliki populasi yang besar. Malaysia saat ini bisa disebut salah satu pemimpin dalam industri keuangan syariah. Sementara Indonesia dengan penduduk muslim terbesar pantas disebut sebagai raksasa tidur.

Berdasarkan laporan KIRI, gabungan Indonesia dan Malayisia menguasai sepertiga dari rekening pasar Takaful senilai 11 miliar dolar AS. Industri takaful terus tumbuh 35 persen semenjak 2005. Catatan KIRI lainnya adalah asuransi Korea harus membangun kepercayaan di Asia Tenggara.

"Mereka harus membuat perbedaan dengan strategi bisnis berbasis sistem keuangan Islam," tutur dia.

Jika asuransi syariah gagal memahami praktek berbasis syariah, maka mereka akan gagal membangun kepercayaan.Hal ini bisa menganggu kelangsungan bisnis di wilayah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement