Senin 18 Aug 2014 20:16 WIB

Produksi Perkebunan Topang Surplus Perdagangan Pertanian

Rep: c88/ Red: Hazliansyah
Menteri Pertanian Suswono meninjau jaringan irigasi di Pekalongan, Jawa Tengah
Foto: kementan
Menteri Pertanian Suswono meninjau jaringan irigasi di Pekalongan, Jawa Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pertanian mengalami surplus perdagangan mencapai Rp 20 miliar dolar AS. Surplus ini ditopang oleh adanya produk unggulan pada subsektor perkebunan.

"Secara keseluruhan komoditas pertanian kita punya sumbangan devisa yang besar dari perkebunan kelapa sawit, kakao, dan karet," terang Suswono saat ditemui usai acara Pemberian Penghargaan Tingkat Nasional 2014 pada Senin (18/8) di Gedung Kementan Jakarta.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), produksi karet kering Indonesia selama tiga tahun terakhir sebesar 630,4 juta ton (2011), 582,8 juta ton (2012), dan 670,4 juta ton (2013/angka sementara).

Sementara produksi biji sawit sebesar 3.446,04 ton (2011), 3.363,6 ton (2012), dan 3.648,2 ton (2013/angka sementara). Sedangkan untuk kakao,  produksi Indonesia mencapai 67,54 juta ton (2011), 53,3 juta ton (2012), dan 54,5 juta ton (2013/angka sementara).

Ia tak menampik bahwa Indonesia masih mengimpor beberapa komoditas tanaman pangan. Hingga saat ini Indonesia masih mengalami defisit tanaman pangan sehingga jumlah impor lebih banyak ketimbang ekspor.

Dilihat dari data produksi pangan, lanjut Suswono, produksi tanaman pangan mengalami peningkatan. Akan tetapi, dengan meningkatnya pendapatan per kapita secara otomatis konsumsi pangan masyarakat juga ikut meningkat.

Suswono mengklaim pada angka ramalan (aram) I yang dirilis oleh BPS, hingga saat ini produksi gabah kering giling (GKG) ada di kisaran 70 juta ton. Angka itu setara dengan 40 juta ton beras. "Kebutuhan beras kita 33-34 juta ton jadi kalau dihitung kita masih surplus beras," kata Suswono.

Suswono melanjutkan, pada akhir tahun Bulog diwajibkan memiliki stok beras minimal 1,5 juta ton. Sehingga, besarnya impor tergantung dari kemampuan Bulog untuk menyerap produksi dalam negeri. Namun ia optimistis dari data yang sudah ada jumlah beras yang akan diimpor tidak lebih dari 500 ribu ton.

"Menko Perekonomian sudah memberikan anggaran kepada Bulog untuk mengimpor beras medium maksimal 300 ribu ton tapi kami berharap Bulog dapat menyerap lebih baik lagi dari produksi dalam negeri," pungkas dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement