REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah Amerika Serikat meluncurkan serangan udara terhadap kelompok militan di Irak.
Yen Jepang dan franc Swiss menguat terhadap rekan-rekan mereka karena Amerika Serikat pada Jumat pagi meluncurkan serangan udara pertama dengan target pasukan-pasukan dari apa yang disebut Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) dengan menjatuhkan dua bom dipandu laser pada unit artileri bergerak mereka. Pasukan Amerika mundur dari Irak pada 2011.
Selain itu, perang dagang antara Rusia dan Barat atas krisis Ukraina meningkat, karena negara-negara Barat menjatuhkan sanksi hukuman menargetkan sektor keuangan, pertahanan dan energi Rusia, sementara Moskow melarang impor produk makanan dari Barat sebagai pembalasan.
Data ekonomi AS yang dirilis pada Jumat keluar bervariasi. Persediaan grosir AS naik 0,3 persen pada Juni secara bulanan, lebih rendah dari perkiraan pasar, Departemen Perdagangan melaporkan Jumat.
Sementara itu, produktivitas tenaga kerja sektor bisnis non-pertanian AS meningkat pada tingkat tahunan 2,5 persen dalam kuartal kedua 2014, Departemen Tenaga Kerja mengatakan Jumat, mengalahkan perkiraan analis. Sementara biaya-biaya unit tenaga kerja dalam bisnis non-pertanian naik 0,6 persen di kuartal ini, di bawah ekspektasi pasar.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,3410 dolar dari 1,3359 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,6766 dolar dari 1,6833 dolar. Dolar Australia naik ke 0,9277 dolar dari 0,9270 dolar.
Dolar dibeli 102,04 yen Jepang, lebih rendah dari 102,07 yen dari sesi sebelumnya. Dolar turun menjadi 0,9053 franc Swiss dari 0,9090 franc Swiss, dan bergerak naik menjadi 1,0971 dolar Kanada dari 1,0926 dolar Kanada.