REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebaran memang membawa berkah. Hal ini diamini oleh para pelaku industri rumahan tempe dan tahu di sentra produksi tempe Semanan, Jakarta Barat. Terhitung sejak Lebaran hingga menjelang dua minggu pascaLebaran ini, omset mereka naik setidaknya 60 persen.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Koperasi Pengusaha Tahu-Tempe Jakarta Barat Suharto kepada ROL, Jumat (8/7). "Kalau hari biasa produksi 60 kilogram sehari, saat ini bisa mencapai 100 kilogram," ujarnya.
Menurut Suharto, kondisi ini disebabkan oleh konsumen yang beralih ke bahan pangan olahan kedelai lantaran harga kebutuhan pokok lain yang masih tinggi. "Mungkin harga bahan pangan lain masih tinggi setelah Lebaran. Jadi orang beralih ke tempe. Harga kedelai saat ini masih stabil," tambahnya.
Seorang perajin tempe, Tarjuni mengiyakan hal ini. Dia mengaku permintaan di Pasar Palmerah, tempatnya berdagang, meningkat dalam kurun waktu dua minggu ini. "Ya syukur lah. Orang kembali ke tempe," ungkapnya. Tarjuni mengaku dalam sehari bisa meraup lebih dari Rp 1 juta. "Kalau hari biasa paling ratusan ribu saja," tambahnya.
Meskipun keuntungan berlipat, Tarjuni mengeluhkan seretnya kesejahteraan anggota koperasi pengusaha tahu tempe. "Ini karena saat ini jaringan bisnis kacang kedelai dikuasai oleh tengkulak. Jadinya banyak perajin yang terlilit utang. Coba semuanya kembali ke koperasi. Semua bakal lebih sejahtera," ungkapnya.