REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi (4/8), menguat sebesar 69 poin menjadi Rp11.726 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.795 per dolar AS.
"Mata uang dolar AS melemah terhadap sebagian mata uang utama di Asia, termasuk rupiah pascadata ketenagakerjaan Amerika Serikat bulan Juli tidak menunjukkan kenaikan signifikan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.
Kondisi itu, lanjut dia, akan membuat bank sentral AS (the Fed) tetap mempertahankan suku bunga pada level rendah sehingga pasar keuangan di negara-negara berkembang akan masih menarik bagi investor.
"Kendati demikian, sentimen kenaikan suku bunga Fed masih akan membayangi pergerakan di pasar keuangan negara-negara berkembang. Dolar AS masih bisa menguat," katanya.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan munculnya spekulasi inflasi pada bulan Juli 2014 yang tidak akan terlalu tinggi memberi sentimen positif bagi mata uang domestik.
"Spekulasi itu muncul seiring dengan harga rata-rata barang konsumsi selama bulan puasa dan Lebaran tidak naik signifikan," katanya.
Ia mengatakan apresiasi rupiah terhadap dolar AS juga didukung menguatnya mata uang dolar Australia setelah data inflasinya lebih tinggi daripada sebelumnya yang dipersepsikan mulai meningkatnya daya beli masyarakat Australia.
Namun, menurut dia, penguatan nilai tukar rupiah cenderung masih terbatas menyusul mulai berkurangnya transaksi beli asing di pasar saham domestik.
"Diperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp11.611--Rp11.815 per dolar AS," katanya.