REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak global turun pada Selasa (Rabu pagi WIB), dengan kontrak berjangka AS jatuh di bawah 100 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Mei karena berkurangnya kekhawatiran tentang gangguan pasokan Irak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 95 sen menjadi ditutup pada 99,96 dolar AS per barel di New York Stock Exchange. WTI belum berakhir di bawah tanda abad (100 dolar AS) sejak 9 Mei.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus merosot 96 sen dari Senin, menetap pada 106,02 dolar AS per barel di perdagangan London, tingkat terendah sejak 7 April.
"Berkurangnya kekhawatiran gangguan pasokan Irak dan tingkat permintaan bahan bakar yang 'hangat-hangat kuku' terus menghapus premi risiko geo-politik (Irak dan Ukraina) yang mendorong kedua pasar ke tertinggi sembilan bulan pada akhir bulan lalu," Eugene McGillian di Tradition Energy mengatakan dalam sebuah catatan risetnya.
Perpecahan tajam parlemen terpilih Irak pada Selasa dalam sebuah langkah menuju proses pembentukan pemerintah tertunda, sebagai upaya baru untuk merebut kembali Tikrit dari serangan kelompok militan Sunni, berakhir mundur.
Serangan itu belum mencapai Irak selatan, tempat bagi sebagian besar industri minyak negara itu.
Setelah hampir tiga minggu merugi, harga WTI berada di bawah tekanan setelah kontrak jatuh di bawah tingkat dukungan teknikal tertentu, mempercepat penurunannya, kata Bob Yawger dari Mizuho Securities.
Investor terus mengawasi kembalinya Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen ke Kongres selama dua hari kesaksian setengah tahunan tentang ekonomi terbesar dunia itu dan jalan ke depan kebijakan moneter Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
"Yellen benar-benar tidak memberikan petunjuk tentang kapan suku bunga akan naik dan meskipun greenback menguat, namun nada umum dari pernyataan FOMC adalah dovish," kata Kathy Lien dari BK Asset Management.
"Intinya adalah bahwa sekalipun ada perbaikan di pasar tenaga kerja, The Fed belum yakin bahwa ekonomi berkinerja lebih baik."
Dolar naik tipis terhadap euro, mendorong euro ke 1,3569 dolar dari 1,2619 dolar pada Senin. Sebuah penguatan greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah, biasanya mengekang permintaan dan merusak harga.