REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, indeks harga konsumen (IHK) pada Juni 2014 mengalami inflasi sebesar 0,43 persen. Angka tersebut diklaim sebagai yang terendah dibandingkan dengan inflasi bulanan per Juni sepanjang lima tahun terakhir.
“Meskipun demikian, inflasi pada Juni lalu sebenarnya mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya (Mei) yang hanya sebesar 0,16 persen. Jadi, ada kenaikan 0,27 persen,” kata analis ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listianto, kepada Republika Online (ROL), Selasa (1/7).
Kenaikan inflasi tersebut, menurut dia, merupakan bagian dari gejala tingginya permintaan masyarakat atas kebutuhan pokok berupa produk-produk makanan menjelang Ramadhan. Hal semacam ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
“Permintaan masyarakat akan terus mengalami peningkatan selama Ramadhan. Karenanya, puncak inflasi akan terjadi pada Juli ini, terutama menjelang Idul Fitri. Dugaan saya, angkanya bakal menjadi dua kali lipat dari bulan lalu, bahkan bisa di atas satu persen,” kata Eko lagi.
Ia menambahkan, selain tingginya permintaan selama Ramadhan, kebijakan PLN menaikkan tarif dasar listrik mulai 1 Juli 2014 juga menyumbang meningkatnya inflasi sepanjang bulan ini.