REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mempercepat pelunasan pembayaran (voluntary prepayment) pinjaman Export Credit Agency (ECA) dan commercial lenders (CL) senilai 62,5 juta dolar AS. Pinjaman setara Rp 756,43 miliar itu diperoleh dari sindikasi lebih dari 15 lembaga keuangan.
Antara lain, Lloyds Bank plc sebagai agent dan security trustee. Ada pula BNP Paribas dan Credit Agricole Corporate and Investment Bank. Utang tersebut diperoleh pada 1996 dan telah direstrukturisasi pada 2010.
Percepatan pembayaran utang tersebut dilakukan maskapai pelat merah itu pada Senin (23/6). Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengatakan, penandatanganan pelunasan utang dengan ECA dan CL merupakan komitmen perseroan untuk memenuhi seluruh kewajibannya kepada kreditur sesuai perjanjian.
Percepatan pelunasan utang itu, ujar Emirsyah, seiring dengan pertumbuhan kinerja Garuda yang positif. Kinerja Garuda didukung program transformasi dan ekspansi perseroan yang tertuang dalam program Quantum Leap 2011-2015.
"Garuda mampu memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan memenuhi seluruh komitmennya kepada kreditur," kata Emir dalam keterangan tertulisnya, Ahad (29/6).
Pinjaman sindikasi ECA dan commercial lenders dialokasikan untuk pengadaan enam unit pesawat A330-300 pada 1996. Dengan percepatan pelunasan utang ini, Garuda memperoleh hak kepemilikan atas sebanyak enam unit pesawat A330-300 yang selama ini menjadi jaminan aset atas pinjaman tersebut.
Perseroan juga kini tidak lagi terikat dengan covenant dari ECA dan CL. Sejalan dengan program Quantum Leap, Garuda menjadikan 2011 hingga 2015 sebagai tahun ekspansi perusahaan.
Ini seiring dengan investasi yang dilaksanakan perseroan. Yaitu, terkait dengan program pengembangan armada dan proses pengembangan anak perusahaan, Citilink, sebagai low cost carrier (penerbangan berbiaya murah) yang beroperasi secara mandiri.
Melalui program pengembangan tersebut, pada 2015 Garuda akan mengoperasikan sebanyak 194 pesawat dengan usia rata-rata pesawat 4,8 tahun. Maskapai BUMN yang sahamnya telah tercatat di Bursa Efek Indonesia itu juga akan mengangkut sebanyak 45,4 juta penumpang dari saat ini 25 juta penumpang.
Sementara frekuensi penerbangan ditargetkan meningkat menjadi 1.100 per hari. Naik dari sekitar lebih dari 534 frekuensi penerbangan per hari saat ini.