REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo untuk membeli kembali (buyback) Indosat dilontarkan pada debat calon presiden, Ahad (22/6). Hanya, langkah tersebut kemudian mendapat kritikan dari pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu.
Jika dilihat dari aspek strategis, mantan sekretaris BUMN tersebut menilai, kondisi Indosat saat ini berbeda dengan dahulu ketika masih memiliki satelit. Begitupula jika dilihat dari sisi bisnis. Menurutnya, masih ada Telkomsel yang bisa dibesarkan ketimbang membeli kembali Indosat. "Tidak ada untungnya buyback Indosat,"ujar Said saat dihubungi RoL, Selasa (24/6).
Dia menjelaskan, bisnis Telkomsel juga sama dengan Indosat. Di negara manapun, ungkapnya, satu negara hanya punya satu BUMN telekomunikasi. "Maka sebaiknya Telkom saja dibesarkan. Pangsa pasar Indosat juga kecil dan sekarang semua orang punya satelit,"jelasnya.
Menurut Said, pemerintahan baru bisa membesarkan Telkomsel dengan menguasai sepenuhnya saham Telkomsel. Saat ini, ujarnya, Telkomsel pun masih dikuasai oleh perusahaan telekomunikasi milik singapura, Singtel.
Jokowi mengungkap rencana penjualan kembali Indosat saat menjawab pertanyaan calon presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto pada debat capres di Jakarta. Prabowo menanyakan soal apa langkah yang akan dilakukan Jokowi terhadap penjualan Telkomsel yang dilakukan Pemerintahan Megawati 2002 silam.