REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah satu poin menjadi Rp 11.811 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.810 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan data perdagangan Indonesia yang defisit masih membayangi pergerakan rupiah sehingga diperkirakan akan membebani neraca transaksi berjalan.
"Pasar masih melihat data ekonomi Indonesia yang diumumkan pada awal pekan ini. Mata uang Indonesia tertekan ke level terlemah sejak bulan Februari tahun ini," katanya di Jakarta, Rabu (4/6).
Tjendra menambahkan bersamaan dengan ketidakpastian seputar pemilu presiden, risiko bagi mata uang rupiah masih tetap membayangi.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan bahwa tren laju mata uang euro yang juga masih melemah setelah indeks manufaktur di negara kawasan Eropa yang cenderung melambat memberi imbas negatif pada rupiah.
"Indeks manufaktur Inggris, Jerman, dan Uni Eropa mengalami perlambatan," katanya. Di sisi lain, lanjut dia, meningkatnya pembayaran dividen oleh emiten memicu permintaan mata uang dolar AS di dalam negeri meningkat sehingga turut memberikan respon negatif bagi rupiah.
Kendati demikian, Reza mengatakan, mata uang domestik masih memiliki peluang penguatan terhadap dolar AS menyusul pengumuman data produksi Amerika Serikat tadi malam tercatat mengalami penurunan.