REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia menilai industri syariah, khususnya pariwisata telah menjadi elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi global. Apalagi sektor ini mengalami perkembangan signifikan selain industri otomotif.
Hanya saja pengembangan pariwisata syariah masih terbentur dinding besar bernama sosialisasi. Hal ini dinyatakan Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono.
Ia mengatakan bahwa tantangan terbesar dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Islam adalah sosialisasi, promosi dan edukasi kepada masyarakat. Ia pun berharap negara-negara anggota OKI dapat meningkatkan kerjasama di bidang ini. Serta, mencari peluang-peluang untuk melaksanakan kerjasama yang lebih aktif dalam mempromosikan pengembangan pariwisata syariah.
Menurut Wapres Boediono, kerjasama yang diperlukan adalah pengembangan konsep pariwisata syariah secara terpadu yang mencakup antar negara. Konsep ini tidak hanya berfokus pada pengembangan destinasi pariwisata tetapi juga pengembangan seluruh faktor pendukungnya yang menyangkut banyak sekali kegiatan turunannya.
Di lokasi yang sama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, ada empat Peraturan Menteri yang diterbitkan dalam rangka mendukung pariwisata syariah tersebut di Indonesia yakni standard syariah untuk agen perjalanan, hotel, restoran dan spa. “Dengan peraturan-peraturan ini kami berharap industri pariwisata dalam negeri bisa mempunyai rujukan bila ingin mendapat keuntungan dari wisatawan syariah,” kata dia dalam The 1st OIC International Forum on Islamic Tourism 2014, Senin (2/6).
Selain itu, Kemenparekraf juga telah menunjuk sembilan lokasi tujuan di nusantara sebagai target pariwisata syariah yakni, Sumatra Barat, Riau, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Makassar dan Lombok.