Senin 26 May 2014 12:02 WIB
Mutiara Alam

Subhanallah, Indonesia Surga Mutiara Alam di Dunia

Mutiara asli dari cangkang tiram.
Foto: Kamran J/AP
Mutiara asli dari cangkang tiram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi mutiara alam laut Indonesia seharusnya dapat dikembangkan agar memberi nilai tambah. Sebanyak 50 persen total produksi mutiara dunia ada di Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C Sutardjo mengatakan, Indonesia perlu menguasai faktor-faktor pencipta nilai tambah. Misalnya, areal budi daya, tenaga kerja, dan teknologi. “Pemerintah akan terus mendorong promosi Indonesian South Sea Pearl (ISSP) secara intensif dan tepat,” katanya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ekspor mutiara Indonesia mencapai angka 29 juta dolar AS. Angka ini masih dapat bertambah apabila faktor-faktor produksi digenjot efektivitasnya. Permintaan mutiara untuk industri perhiasan juga cukup besar.

Harga mutiara mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Indonesia menempati urutan ke-9 dunia setara 2,07 persen dari total nilai ekspor mutiara di dunia yang mencapai 1,4 miliar dolar AS. Negara tujuan ekspor meliputi Jepang, Hong Kong, Australia, Korea Selatan, Thailand, Swiss, India, Selandia Baru, dan Prancis.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kemen PP), Saut P Hutagalung menambahkan, pasar mutiara dunia didominasi empat jenis mutiara. Pertama, mutiara laut selatan (south sea pearl), mutiara air tawar (fresh water pearl), mutiara Akoya (akoya pearl), dan mutiara hitam (black pearl).

Jenis mutiara hitam banyak ditemui di Indonesia bagian timur, termasuk Maluku, Ambon, dan Lombok. Sedangkan, produsen terbanyak mutiara hitam, yaitu Tahiti dengan produksi delapan sampai 10 ton per tahun. Kemudian, mutiara laut selatan paling banyak ditemui di Indonesia, Australia, dan Filipina. Produksi mutiara jenis ini mencapai 10 ton sampai 12 ton per tahun.

Selanjutnya, Cina menjadi produsen utama untuk jenis mutiara air tawar dengan total produksi 1.500 ton per tahun. Lalu, untuk mutiara laut jenis Akoya banyak dihasilkan di Jepang dan Cina dengan produksi 15 ton sampai 20 ton per tahun.

Industri mutiara di Indonesia ada sejak 1970. Sebanyak 70 persen investor dalam dan luar negeri mengembangkan dan membudidayakan mutiara bersama pengusaha lokal. “Indonesia telah menjadi produsen mutiara terbesar sejak (tahun) 2005,” katanya. 

Selain itu, Pemerintah Jepang dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo Utara akan bekerja sama membudidayakan kerang mutiara yang sangat potensial di laut Gorontalo. Wakil Bupati Gorontalo Utara Roni Imran mengatakan, kerja sama ini sangat menguntungkan daerah tersebut sebab dewan ekonomi Ehime Jepang akan memberikan banyak bantuan kepada para nelayan tradisional maupun masyarakat.

Syarat yang diberikan pihak Jepang sangat mudah, asalkan masyarakat bersatu menjalankan komitmen ini, yaitu pengelolaan lingkungan yang bersih dan bebas pencemaran. “Kami berharap sosialisasi yang intensif bisa menyadarkan masyarakat, khususnya penambang rakyat, terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan yang sehat dan bebas cemaran,” ujarnya. n meiliani fauziah/antara ed: fitria andayani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement