REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membengkaknya anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) menimbulkan sejumlah konsekuensi. Subsidi BBM menggembung dari Rp 74,3 triliun menjadi Rp 285 triliun.
Plt Kepala BKF Kementerian Keuangan, Andin Hadiyanto mengatakan kenaikan ini disebabkan oleh pelemahan rupiah. Sejauh ini pemerintah berencana menangani kenaikan ini dengan menurunkan volume konsumsi. "Masih akan ditindaklanjuti, belum ada rencana kenaikan BBM," ujarnya dihubungi Republika, Rabu (21/5).
Dampak lainnya, Kementerian-kementerian harus berhemat anggaran belanja negara yang dipotong. Belanja yang dikurangi yang bersifat konsumtif seperti barang dan perjalanan. "Kementerian harus punya prioritas menyesuaikan program dengan anggaran yang ada," kata dia.