REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih tinggi pada Senin (19/5) atau Selasa (20/5) pagi WIB, karena dolar AS menunjukkan pelemahan. Kontrak emas yang paling aktif untuk penyerahan Juni naik 0,4 dolar AS atau 0,03 persen, menjadi menetap di 1.293,8 dolar AS per ounce.
Komentar dari para pejabat senior The Fed telah menjadi penggerak pasar primer. Pimpinan The Fed cabang Dallas Richard Fisher dan Presiden The Fed San Francisco John Williams mengatakan dalam diskusi pada Senin (19/5) bahwa Federal Reserve kemungkinan akan menaikkan suku bunganya pada tahun depan, menyeret dolar AS turun.
Berita lainnya diharapkan keluar pada Rabu (21/5) ketika Gubernur The Fed Janet Yellen akan memberikan pidato pada acara wisuda di New York University, dan risalah pertemuan terakhir dewan Fed akan dirilis. Selain itu, Departemen Tenaga Kerja AS dijadwalkan akan merilis laporan klaim pengangguran baru dan The Fed cabang Chicago akan mengeluarkan indeks aktivitas nasionalnya pada Kamis (22/5).
Bank Sentral Eropa (ECB) dan bank-bank sentral lainnya pada Senin (19/5) mengumumkan perbaruan perjanjian emas bank sentral saat ini mulai September tahun ini, yang bertujuan untuk mempertahankan kejelasan dan transparansi bagi peserta pasar emas.
Dewan Emas Dunia (WGC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa selama lima tahun terakhir, pemegang emas utama dari bank-bank sentral Eropa telah 'hampir menghentikan semua penjualan emas'. Mereka hanya menjual kurang dari 25 ton emas terhadap batas yang disepakati 2.000 ton.