REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (19/5) pagi bergerak menguat sebesar 51 poin menjadi Rp 11.361 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.412 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (19/5) mengatakan bahwa mata uang rupiah kembali mengalami apresiasi menyusul imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun mengalami penurunan. "Pelemahan yield itu menggerus indeks dolar AS, aset berisiko seperti rupiah akan kembali diminati investor," katanya.
Ia menambahkan bahwa Gubernur Bank Sentral AS (the Fed) Janet Yellen juga menyatakan bahwa ekonomi Amerika Serikat masih jauh dari level sehat. Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimennya masih ke situasi politik menjelang Pemilu Presiden. Pelaku pasar uang masih menanti nama-nama bakal calon Presiden.
"Kondisi politik menjelang pemilihan Presiden yang cukup kondusif akan menjadi penopang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston.
Di sisi lain, ia menambahkan bahwa kondisi fundamental ekonomi domestik yang masih cukup kuat menambah sentimen pasar keuangan di dalam negeri akan semakin diminati investor global. "Arus inflow ke pasar keuangan domestik seperti saham, obligasi masih cukup kuat, investor global tampak positif memandang perekonomian Indonesia," ucapnya.