Jumat 09 May 2014 20:12 WIB

Perbankan Syariah Alami Perlambatan di Kuartal I

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Joko Sadewo
Perbankan Syariah
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan melaporkan terjadi perlambatan pertumbuhan perbankan syariah pada kuartal I. Khususnya perlambatan pertumbuhan aset jika dibandingkan kuartal IV tahun lalu.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK, Mulya Effendy Siregar, menyampaikan berdasarkan data, pertumbuhan aset hanya sebesar 14,9 persen jika dibandingkan kuartal I di 2013. Sementara pertumbuhan nasional hanya 14,4 persen.Padahal pertumbuhan di kuartal IV 2013 mampu mencapai 24,2 persen. Begitu juga dengan pembiayaan yang disalurkan (PYD) hanya mencapai 14,9 persen padahal kuartal IV 2013 bisa sebesar 24,8 persen.

Sementara FDR (finance deposit ratio) bisa sampai di angka 102,2 persen padahal sebelumnya hanya 100,3 persen. Meski begitu rasio kecukupan modal (CAR) terbilang baik, yaitu 16,7 persen.

Sedangkan pembiayaan bermasalah (NPF gross) 3,5 persen. OJK memiliki catatan penting mengenai perlambatan ini khususnya karena makin ketatnya persaingan di pasar penghimpunan dana. Seiring makin tren kenaikan suku bunga.

Mulya menggaris bawahi peningkatan suku bunga biasanya sering menekan perbankan syariah. Karena ketika suku bunga naik, terjadi perpindahan nasabah dari perbankan syariah ke konvensional. ''Sering kali banyak nasabah yang tak istiqomah sehingga menekan perbankan syariah,'' tutur dia kepada media, Jumat (9/5). Selanjutnya terjadi perlambatan pertumbuhan atau kinerja sektor riil.

Ia mengatakan perbankan syariah sangat dekat dengan sektor riil. Karena umumnya pembiayaan mengarah ke sektor tersebut. Sehingga ketika perekonomian riil melambat maka mau tak mau pembiayaan juga tertahan.

Namun ia optimis, kinerja pada kuartal II baik dari sisi pertumbuhan dan profitabilitas juga membaik. Khususnya seiring dengan pengalihan dana haji kurang lebih sebesar Rp 14,3 triliun. Begitu juga dengan realisasi penambahan modal pada beberapa bank sehingga memperkuat CAR dan likuiditas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement