REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menyatakan tetap berkomitmen untuk mengambil pendekatan yang hati-hati dan konservatif dalam belanja modal perusahaan. Antam juga tetap fokus mempertahankan posisi perusahaan sebagai entitas kunci industri pertambangan global yang didukung jumlah cadangan dan sumber daya yang besar.
"Meski pun kecewa dengan penurunan peringkat ini, Antam tetap menjadi entitas kunci industri pertambangan global yang memiliki cadangan dan sumber daya mineral yang besar," kata direktur utama Tato Miraza.
Pernyataan ini menanggapi penurunan peringkat Antam oleh beberapa lembaga. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat Antam dan obligasi penawaran umum berkelanjutan (PUB) I 2011 dari AA- menjadi A. Penurunan peringkat disebabkan oleh rendahnya potensi pendapatan dan arus kas.
Selain Pefindo, peringkat Antam juga mengalami penurunan oleh dua perusahaan pemeringkat global. Moody's Investors Services menurunkan peringkat Antam dari Ba3 menjadi B2. Standard and Poor's Ratings Services menurunkan peringkat korporasi perusahaan dari B+ menjadi B-.
Saat ini, kata Tato, jumlah cadangan dan sumber daya bijih nikel kadar tinggi dan kadar rendah sebesar lebih dari 974 juta wet metric ton (wmt) dan jumlah cadangan. Sementara, sumber daya bijih bauksit sebesar lebih dari 699 juta wmt.
Dengan kondisi neraca perusahaan yang terbatas, Antam tengah mengkaji rencana belanja modal perusahaan agar peningkatan jumlah hutang dapat ditekan serendah mungkin. Namun tetap dapat menyelesaikan proyek-proyek pengembangan.
Saat ini beberapa calon mitra strategis tengah berdiskusi dengan Antam untuk memastikan keikutsertaan dalam lini usaha yang bernilai tambah tanpa membebani neraca perusahaan melalui utang.
Antam juga terus fokus dalam ekspansi kapasitas feronikel perusahaan sekaligus menurunkan biaya tunai feronikel. Antam berkomitmen untuk dapat kembali menjadi salah satu produsen feronikel berbiaya rendah.
Proyek Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan yang merupakan proyek baru diharapkan dapat mulai beroperasi komersial tahun ini. Proyek ini akan mengembangkan cadangan dan sumber daya bauksit Antam yang besar di Kalimantan Barat.
"Proyek CGA Tayan juga akan menjadikan posisi perusahaan tetap baik sekiranya terjadi volatilitas kondisi perekonomian dikarenakan dinamika pasar bauksit, nikel dan emas serta ketiga komoditas tersebut memiliki konsumen yang berbeda-beda," kata Tato.