Selasa 22 Apr 2014 17:27 WIB

Pemerintah Akui Sedang Cari Formula Satukan BTN dan Bank Mandiri

Rep: Esthi Maharani/ Red: Julkifli Marbun
Mahendra Siregar
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Mahendra Siregar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Kepala BKPM, Mahendra Siregar mengatakan hingga saat ini pemerintah sedang cari formula untuk menyatukan BTN dan Bank Mandiri. Menurutnya, rumusannya masih dilakukan.

“Bagaimana rumusannya, bisa kita cari pilihannya apakah akuisisi atau menjadi bagian dari anak usahanya. Kita sedang cari formulasinya,” katanya di kompleks istana kepresidenan, Selasa (22/4).

Menurutnya, konsolidasi untuk membentuk bank yang lebih besar itu mutlak dilakukan. Apalagi saat ini Indonesia menghadapi kondisi globalisasi, lebih spesifik lagi memasuki ASEAN Economic Community.

Karena itu, sudah sepatutnya, Indonesia sebagai negara besar memiliki bank yang berskala regional. Cara yang bisa dilakukan saat ini adalah konsolidasi. “Dengan sinergi yang lebih besar lagi, dari variasi bisnis mereka justru saya kira visi strategis dari pemerintah akan efektif lagi. Saya rasa tidak akan terdilusi,” katanya. Mahendra juga menyakini BTN yang memiliki fungsi khusus untuk pembiayaan rumah tidak akan terganggu.

Menurutnya, formulasi yang sedang dicarikan pemerintah tidak akan menghilangkan fungsi awal dari BTN justru akan berupaya mengoptimalisasikan hal tersebut.

Ia mencontohkan hal serupa juga pernah dilakukan pemerintah ketika berusaha menyatukan perusahaan semen di Indonesia menjadi satu grup yakni semen Indonesia. Ia mengakui menyatukan buaya perusahaan BUMN yang berbeda seperti semen gresik, semen padang, semen tonasa tidaklah mudah.

Tetapi, ia yakin dengan niat baik, hal tersebut bisa dijembatani. Menurutnya, penyatuan antara BTN dan Bank Mandiri bisa terjadi seperti penyatuan perusahaan semen-semen di Indonesia dalam satu bendera. “Saya kira tidak harus dikontradiksikan.

Bisa sinergi yang baik, bisa saling melengkapi. Justru sinergi strategisnya itu berlipat ganda, daripada kekuatan masing-masing. Saya rasa pilihan yang tepat dan waktu kita tidak banyak. Tidak boleh berleha-leha dan berwacana,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement