Selasa 15 Apr 2014 18:52 WIB

Pemerintah Selesaikan Lelang 12 Proyek PLTS Swasta

Pembangkit listrik panas tenaga surya terbesar di dunia, Gurun Mojave, California, AS
Foto: VOA
Pembangkit listrik panas tenaga surya terbesar di dunia, Gurun Mojave, California, AS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyelesaikan proses lelang sebanyak 12 proyek pembangkit listrik tenaga surya dengan skema pengembang listrik swasta (independent power producer/IPP).

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana di Jakarta, Selasa (15/4), mengatakan ke-12 proyek sudah mulai tahap konstruksi. "Kami harapkan sebagian diantaranya beroperasi tahun ini dan sisanya awal tahun depan," katanya.

Proyek-proyek tersebut antara lain berlokasi di Kupang, NTT 5 MW, Lombok Utara, NTB 2 MW, Gorontalo 2 MW, Sintang, Kalbar 1,5 MW, Nanga Pinoh, Kalbar 1 MW, Kota Baru, Kalsel 2 MW, Tanjung Selor, Kaltim 1 MW, dan Atambua, NTT 1 MW. Ke-12 proyek tersebut merupakan bagian rencana pemerintah melelang 80 lokasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan skema IPP.

Menurut dia, harga listrik ke-12 PLTS tersebut rata-rata 20-22 sen dolar AS per kWh untuk 20 tahun. Ia menargetkan, sampai akhir 2014, setidaknya 40 proyek PLTS IPP sudah dilelang.

Rida mengakui, proses lelang PLTS berjalan lambat, sehingga bakal memundurkan rencana pengoperasiannya. Penyebabnya antara lain ketersediaan jaringan listrik, keterbatasan sumber daya manusia untuk proses lelang, dan waktu pembuatan rekening sementara.

Pembuatan rekening sementara sebagai penampung uang jaminan sebesar 15 persen dari nilai proyek mesti melalui prosedur cukup lama di Kementerian Keuangan, katanya. Pemerintah sebelumnya menargetkan semua proyek PLTS IPP sudah beroperasi pertengahan 2014.

Pada November 2013 pemerintah membuka lelang proyek 80 unit PLTS IPP di seluruh Indonesia dengan kapasitas daya total 140 MW. Sebagian besar PLTS berlokasi di Indonesia bagian timur yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Sulawesi, dan NTT. PLTS dengan modul fotovoltaik tanpa baterai tersebut akan beroperasi hanya siang hari.

Investasi PLTS diperkirakan sekitar Rp 20 miliar per MW di luar lahan atau Rp2,8 triliun untuk kapasitas 140 MW. Sedangkan, lahan yang dibutuhkan untuk membangkitkan satu MW sekitar 1,2 hektare. PLTS akan menggantikan pembangkit BBM yang masih ada khususnya di Indonesia bagian timur.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement