REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengimbau pihak swasta berhati-hati dalam berutang, terutama dalam bentuk valuta asing (valas). Pasalnya, utang luar negeri (ULN) swasta meningkat cukup tajam melebihi ULN pemerintah.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, ULN swasta yang meningkat cukup tajam tersebut dikhawatirkan oleh BI. Pada Januari 2014, ULN pemerintah tercatat 127,9 miliar dolar AS, tumbuh 2 persen yoy. Sedangkan, ULN swasta pada Januari 2014 tercatat 141,35 miliar dolar AS, meningkat 12 persen yoy.
ULN pemerintah yang jatuh tempo jangka pendek sebesar 6,4 miliar dolar AS, sedangkan ULN swasta sebesar 40,018 miliar dolar AS.
"Meskipun ULN swasta mayoritas bentuknya loan agreement dan jangka panjang, ada beberapa utang yang tak dihedging (lindung nilai)," ujar Tirta, Selasa (8/4).
Tirta mengatakan, dilihat dari data, pengutang tersebut penghasilannya rupiah sehingga perlu dicermati karena besaran utang semakin hari semakin meningkat. "BI mengimbau harus berhati-hati dalam berutang," ujarnya.
Ke depan, BI terus mencermati ULN dan mengimbau swasta agar berhati-hati dalam berutang karena pertumbuhan utang swasta sangat cepat dan melampaui utang pemerintah.
"Kalau terlampau cepat, kita harus ada sumber-sumber utk membiayai utang. Kalau valas, harus dibayar valas," ujarnya.
Jika pada titik tertentu supply dan demand valas tidak cocok, hal tersebut akan menyebabkan gejolak nilai tukar.