REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global masih rendah. Kepala IMF Christine Lagarde memperingatkan tanpa tindakan tegas, dunia akan jatuh ke dalam perangkap 'pertumbuhan rendah'.
Ekonomi global dapat saja tumbuh lebih dari tiga persen tahun ini dan tahun berikutnya. Namun volatilitas pasar dan ketegangan di Ukraina masih sangat berisiko dan mengancam pertumbuhan. Lagarde mendesak zona Eropa untuk mengatasi inflasi yang rendah.
Rendahnya inflasi di zona Eropa ini disebabkan oleh adanya kapasitas cadangan dalam level yang lebih besar dalam ekonomi. Hal ini berarti Eropa tidak tumbuh secara maksimal karena kurangnya investasi bila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Inggris. Bank of England memperkirakan kapasitas cadangan di Inggris mencapai 1-1,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) secara keseluruhan.
Inflasi di zona Eropa rata-rata sebesar 0,5 persen atau lebih rendah dibandingkan Inggris 1,7 persen dan AS 1,1 persen. Hal ini disebabkan oleh menguatnya euro terhadap dolar AS dan poundsterling sejak 2012 yang membuat biaya impor rendah. Sehingga, harga barang turun.
Inflasi rendah mungkin baik bagi negara berkembang seperti Indonesia, tapi tidak bagi Eropa. Inflasi yang rendah menimbulkan ketakutan atas pemulihan ekonomi yang baru saja dimulai di zona Eropa. Melemahnya permintaan konsumen atas barang dan jasa akan membuat harga terus turun. Inflasi yang rendah juga membuat pemerintah dan pelaku usaha kesulitan membayar utang.