Rabu 02 Apr 2014 17:47 WIB

Pemerintah Pertimbangkan Menaikkan (Lagi) Harga BBM Bersubsidi

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
BBM Bersubsidi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
BBM Bersubsidi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan membuka opsi penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada tahun ini untuk mengurangi beban perekonomian dari sisi fiskal. Demikian disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto dalam acara Peluncuran Buku dan Diskusi Laporan Perekonomian Indonesia 2013 di Gedung BI, Rabu (2/4). 

Andin mengungkapkan opsi itu saat ditanya moderator diskusi yaitu ekonom senior Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono terkait kemungkinan pemerintah menaikkan harga BBM. "Tidak menutup kemungkinan.  Jadi, mungkin saja. Yang namanya reformasi subsidi, keberhasilannya di beberapa negara berkembang seperti Turki, Afrika Selatan dan Filipina, itu pasti macam subsidinya harus konsisten dan terukur," kata Andin.

"Jadi, harus kita bikin road map-nya, dalam jangka menengah dan kita harus lakukan secara konsisten," tambah Andin. 

Terkait langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah, Andin mengungkapkan pengurangan subsidi BBM dapat dikurangi dari sisi demand dan sisi supply.  Khusus untuk sisi demand, opsi yang paling mudah dilakukan adalah menaikkan harga. Kenaikan harga BBM tahun lalu, kata Andin, tidak hanya untuk keberlangsungan APBN semata.

Melainkan juga untuk meng-address isu neraca pembayaran dari sisi neraca transaksi berjalan. Terlebih, impor minyak teramat tinggi. "Kenaikan BBM bisa bantu address itu," ujar Andin. 

Selain itu, pemerintah juga terus berkomitmen menjaga konsumsi BBM. Pun dengan kewajiban menggunakan bahan bakar nabati alias biofuel sebanyak 10 persen untuk transportasi dan pembangkit listrik. "Ini bisa kurangi impor sekaligus diversifikasi energi."

Pemerintah juga terus melanjutkan konversi minyak tanah ke LPG dan penggunaan BBG untuk transportasi di kota besar. Sementara dari sisi suplai, Andin menyebut pemerintah berkomitmen mencari sumur-sumur minyak yang baru.

Produksi lapangan Cepu diharapkan terlihat pada 2015 mendatang sehingga produksi terkatrol menjadi 950 ribu barel per hari. Untuk jangka menengah panjang, Andin menyoroti penggunaan energi alternatif seperti batu bara, air dan panas bumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement