Selasa 18 Mar 2014 20:19 WIB

Indonesia Butuh Presiden yang Mengerti Logistik

Rep: Satya Festiani/ Red: Maman Sudiaman
Ombudsman menyampaikan rekomendasi ke Kemenko Perekonomian ihwal hasil investigasi di empat pelabuhan di Tanah Air
Foto: Istimewa
Ombudsman menyampaikan rekomendasi ke Kemenko Perekonomian ihwal hasil investigasi di empat pelabuhan di Tanah Air

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan presiden yang mengerti logistik. Pasalnya, biaya logistik saat ini masih mahal. Presiden ALI, Zaldy Masita mengatakan, logistik adalah sesuatu yang kritis karena jika tidak segera dibenahi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan mencapai lima persen.

"Ekonomi kita sudah boros. Banyak yang terbuang. Ini bisaa jadi bencana nasional kalau tak segera dibenahi," ujar Zaldy, Selasa (18/3).

ALI meminta agar presiden mendatang merupakan sosok yang mengerti logistik. Menurut dia, sangat jarang partai yang memasukan logistik sebagai program. Begitu pula banyak calon presiden yang tidak mengerti logistik.

Ia juga mengatakan, beberapa pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah saat ini malah membuat biaya logistik meningkat. Sebagai contoh, pembangunan New Tanjung Priok Port. Ia menjelaskan, Pelabuhan Tanjung Priok saat ini berkapasitas 6-7 juta TEUS. Dengan kondisi tersebut, truk yang mengangkut barang membutuhkan waktu berjam-jam di dekat pelabuhan karena kemacetan. "Kalau pelabuhan baru jadi, kapasitasnya dua kali lipat. Bayangkan macetnya akan seperti apa," ujarnya.

Faktor kedua yang menjadikan ongkos logistik meningkat jika pelabuhan baru selesai adalah letaknya yang berlokasi di Jakarta. Ia mengatakan, UMR Jakarta tinggi. Oleh karena itu, perusahaan logistik harus merogoh kocek lebih dalam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement