REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kurs dolar sedikit lebih tinggi di Asia pada Senin, karena investor mengikuti peristiwa-peristiwa di Eropa Timur setelah warga Crimea memilih untuk melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia, memicu ancaman sanksi dari Barat.
Yuan juga melemah terhadap dolar setelah bank sentral China mengendurkan kontrol mata uang sebagai bagian dari perombakan sistem keuangannya.
Dalam perdagangan sore di Tokyo, dolar diambil 101,54 yen, dibandingkan dengan 101,36 yen di New York pada Jumat.
Euro dibeli 1,3899 dolar dibandingkan dengan 1,3906 dolar di perdagangan AS, sementara naik menjadi 141,14 yen dari 140,73 yen.
Yen, dianggap tempat yang aman di masa ketidakpastian (safe haven), telah merayap lebih tinggi terhadap dolar dan euro dalam beberapa pekan terakhir karena meningkatnya ketegangan atas Crimea serta kekhawatiran tentang ekonomi China.
Hasil sementara dengan lebih dari setengah suara yang sudah dihitung di Crimea menunjukkan 95,5 persen pemilih mendukung meninggalkan Ukraina, dalam penentaun ulang peta Eropa paling radikal sejak deklarasi kemerdekaan Kosovo pada 2008 dari Serbia.
Presiden AS Barack Obama mengisyaratkan sanksi tambahan terhadap Rusia, memperingatkan rekannya Vladimir Putin bahwa Amerika Serikat dan yang sekutunya "tidak akan pernah" mengakui keputusan pemisahan diri Crimea. Uni Eropa juga menyiapkan sanksi terhadap Moskow.
Kabar tentang keputusan Crimea untuk melepaskan diri dari Ukraina, "meskipun hampir tidak diduga, menanamkan sebuah suasana 'risk- off' terhadap pasar awal pekan ini," National Australia Bank (NAB) mengatakan.
Tetapi "fokus sekarang akan berada di tingkat sanksi yang akan dikenakan pada Rusia oleh Barat, bagaimana Rusia menanggapi itu ... dan apakah Rusia membatasi ambisi di Ukraina hanya untuk Crimea".
Investor juga mengawasi pertemuan kebijakan Federal Reserve pada Selasa dan Rabu untuk melihat apakah ia akan mengumumkan pemotongan progamme stimulusnya lagi.
Di China, yuan melemah terhadap dolar setelah Beijing pada akhir pekan melebarkan batas perdagangan mata uang karena pihaknya secara perlahan-lahan memulai reformasi yang telah lama diantisipasi.
Langkah bank sentral China, People's Bank of China, menyusul tekanan internasional bertahun-tahun terhadap Beijing untuk melonggarkan kontrol atas yuan.
Dolar berada di 6,1558 yuan pada Senin sore terhadap 6,1502 yuan pada Jumat (14/3).
"Mengingat bahwa pelebaran datang pada saat CNY (yuan China) melemah, kami berpikir pesan implisit bahwa pemerintah merasa nyaman dengan pelemahan mata uang lebih lanjut, serta gerakan dua arah yang lebih besar dalam nilai tukar," kata sebuah laporan oleh Brown Brothers Harriman.
Terhadap mata uang Jepang, yuan diambil 16,49 yen terhadap 16,51 yen pada Jumat.
Dolar melemah terhadap mata uang Asia-Pasifik lainnya.
Unit AS jatuh menjadi 61,19 rupee India dari 61,47 rupee pada Jumat, menjadi 44,67 peso Filipina dari 44,69 peso dan menjadi 1.068,45 won Korea Selatan dari 1.072,78 won.
Greenback juga merosot menjadi 1,2651 dolar Singapura dari 1,2666 dolar Singapura, menjadi 11.267,50 rupiah Indonesia dari 11.418,80 rupiah, menjadi 32,24 baht Thailand dari 32,32 baht.
Dolar Australia menguat menjadi 90,54 sen AS dari 90,05 sen AS.