REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI rate pada level 7,5 persen. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan, Kamis (13/3).
Otoritas moneter juga mempertahankan suku bunga pinjaman (lending rate) dan suku bunga simpanan atau deposit facility masing-masing tetap pada level 7,5 persen dan 5,75 persen.
"Setelah melihat perkembangan kondisi perekonomian global dan dalam negeri terutama defisit transaksi berjalan dan inflasi, rapat dewan gubernur mempertahankan BI rate di level 7,5 persen," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo dalam siaran pers yang dibacakan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Tirta Segara dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (13/3).
Menurut dia, kebijakan ini diambil setelah mengevaluasi menyeluruh ekonomi tahun 2013 dan prospek ekonomi tahun 2014-2015. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan inflasi menuju sasaran masih terkendali. BI memproyeksikan inflasi di 2014 pada kisaran 4,5 ±1 persen dan di 2015 3-5 persen.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Ekonomi & Kebijakan Publik UGM A Tony Prasetiantono mengatakan, ditahannya suku bunga acuan pada level 7,5 persen masih beralasan kendati inflasi tahunan masih 7,75 persen. Hal itu karena aliran modal masuk yang tinggi. "Yield kita masih tinggi dibandingkan negara-negara emerging market yang lain. Jadi dibandingkan dengan inflasi, BI rate 7,5 persen masih reasonable," ujarnya.
Aliran dana masuk masuk ke pasar keuangan Indonesia masih tinggi karena yield di pasar keuangan masih tinggi. Seperti diketahui, di negara peers seperti Thailand telah terjadi penuruanan suku bunga acuan, sehingga imbal hasil yang ditawarkan pasar keuangannya turun. Imbal hasil yang ditawarkan pasar keuangan Indonesia dinilai masih lebih tinggi. Hal itu mendorong masuknya aliran modal asing itu mendorong penguatan rupiah.
Ia juga mengatakan, Indonesia masih perlu melakukan upaya untuk menjaga agar cadangan devisa tetap di atas 100 miliar dolar AS. "Cadangan devisa sekarang masih tipis di atas batas psikologis, yakni 102,7 miliar dolar AS, riskan jika menurunkan BI rate sekarang. Jadi kebijakan menahan BI rate 7,5 persen sudah benar," kata dia.
Meski begitu, dia menilai terdapat peluang untuk menurunkan BI rate bulan depan. Apalagi jika Pemilu berjalan sukses, capital inflows akan lebih banyak.