Kamis 13 Mar 2014 13:39 WIB

Bali Towerindo Jadi Emiten ke-6 yang Melantai di BEI Tahun Ini

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Bursa Efek Indonesia
Foto: Antara/Andika Wahyu
Bursa Efek Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan saham perdana (IPO) emiten keenam tahun ini, PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI), Kamis (13/3). Saham BALI dibuka di level Rp 600 per lembar.

Perusahaan yang bergerak di jasa penyewaan menara ini melepas 597 juta lembar saham kepada publik atau setara 14,72 persen dari total saham. Harga saham yang ditawarkan adalah sebesar Rp 400 per lembar dengan estimasi dana hasil IPO sebesar Rp 35,2 miliar.

Direktur Utama BALI Jap Owen Ronadhi mengatakan, cukup optimistis dengan kondisi pasar saat ini. Hal ini terbukti dengan tingginya minat investor terhadap saham BALI. "Pemesanan melebihi dari yang ditawarkan. Ini menunjukkan masih besarnya minat investor terhadap perusahaan yang kapitalisasi pasarnya kecil seperti kami," kata Owen, Kamis.

Dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal berupa pembangunan menara dan peningkatan kapasitas jaringan telekomunikasi di Bali. Rencananya perseroan akan menambah menara menjadi 300 unit.

Per 31 Desember 2013, BALI dan anak perusahaannya PT Paramitra Intimega telah memiliki 208 menara dan jaringan telekomunikasi. Menara ini tersebar di seluruh Provinsi Bali dan 16 menara lain sedang dalam tahap pembangunan. Saat ini, BALI telah memiliki tujuh kontrak penyewaan menara dan jaringan telekomunikasi dengan operator telekomunikasi di Indonesia. Melalui anak usaha lainnnya, PT Paramitra Media Interaktif, perseroan sedang menjajaki pengembangan bisnis televisi berbayar denan menggunakan infrastruktur jaringan fiber optik yang telah dimiliki perseroan.

Selama tiga tahun terakhir, pendapatan BALI telah tumbuh empat kali lipat dari Rp 23,1 miliar menjadi Rp 103,2 miliar. Hal ini didorong oleh pertumbuhan belanja modal yang cukup tinggi, yaitu sebesar 37,8 persen.

Aset perseroan tercatat tumbuh lebih dari 2,5 kali lipat menjadi Rp 242 miliar menjadi Rp 658 miliar di akhir 2013. Tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan portofolio jumlah menara lebih dari 50 persen. Hal ini akan didukung oleh belanja modal sebesar Rp 200 miliar. "Sumber dananya berasal dari dana penawaran umum, kas internal dan pinjaman bank," kata Owen.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement