Senin 10 Mar 2014 10:54 WIB

Indikator Makroekonomi Jepang Tertekan

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Jepang
Foto: youtube
Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kabar buruk tergambar pada indikator makroekonomi Negeri Sakura, Jepang. Seperti dilansir BBC, Senin (10/3), defisit transaksi berjalan Jepang pada Januari 2014 tercatat 1,5 triliun yen atau sekitar 15 miliar dolar AS. Catatan ini merupakan yang terbesar sejak 1985 silam. 

Selain buruknya defisit transaksi berjalan, pertumbuhan ekonomi Jepang tidaklah menggembirakan. Pada 2013, ekonomi negara asal gelandang Manchester United, Shinji Kagawa ini, bertumbuh 0,7 persen atau lebih rendah dari estimasi sebelumnya yakni 1,0 persen.

Sejak Oktober sampai Desember 2013, pertumbuhan ekonomi Jepang hanya mencapai 0,2 persen atau sedikit lebih rendah dibanding prediksi 0,3 persen. Tak menggembirakannya dua indikator makroekonomi tersebut membuat investor di pasar saham bereaksi. 

Indeks Nikkei 225 akhir pekan lalu ditutup anjlok 95 poin atau lebih dari 0,6 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi dan pelebaran defisit transaksi berjalan hadir sebelum rencana kenaikan pajak penjualan aktif April 2014.

Sebelumnya, sejumlah analis ekonomi memperkirakan konsumsi masih akan menjadi pendorong pertumbuhan. Akan tetapi, revisi terkini menunjukkan pertumbuhan konsumsi hanya mencapai 0,4 persen atau direvisi turun dari proyeksi sebelumnya 0,5 persen.  Neraca perdagangan negara yang dipimpin oleh PM Shinzo Abe ini juga mengalami pelebaran. 

Berdasarkan data Januari 2014, nilainya membengkak 71 persen menjadi 2,79 triliun yen.  Salah satu penyebab tertekannya neraca perdagangan akibat perlambatan ekspor yang terpengaruh gejolak ekonomi global. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement