REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) optimistis kinerja perdagangan Februari dan Maret akan membaik. Surplus perdagangan akan didorong oleh peningkatan ekspor non migas dan manufaktur seiring dengan naiknya permintaan sebagai dampak perbaikan ekonomi global.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit transaksi perdagangan Indonesia pada Januari 2014 sebesar 430,6 juta dolar AS. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sesuai data BPS, defisit dipicu oleh impor minyak yang besar. Sementara ekspor non minyak menurun. Akan tetapi, ekspor sektor manufaktur terdapat kenaikan.
"Dengan melihat kenaikan ekspor manufaktur dan ekspor non migas, masih bisa surplus (neraca perdagangan) di Februari dan Maret," ujar Perry, Senin (3/3).
Perry memperkirakan transaksi berjalan hanya akan mengalami defisit di bawah 2 persen. Defisit tersebut dikontribusikan oleh neraca jasa dan pendapatan. "In total, defisit transaksi berjalan dibawah 2 persen," ujarnya.
Secara keseluruhan tahun ini, defisit transaksi berjalan masih dapat mencapai target di bawah 3 persen. Kendati demikian, ia tetap berharap implementasi kebijakan pengendalian konsumsi BBM, seperti kebijakan konversi ke biodisel, dan pembangunan kilang minyak baru, dapat berdampak besar.
Dengan defisit transaksi berjalan dan inflasi yang rendah, investor akan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan demikian, rupiah akan menguat. Sesuai kurs tengah BI (3/3), rupiah mengalami penguatan. Nilai tukar berada di level Rp 11.596 per dolar AS, naik dari akhir pekan lalu Rp 11.634 per dolar AS.