REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tidak ada gelembung aset luas yang bisa memicu perubahan kebijakan moneter, namun bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), harus waspada terhadap risiko-risiko pada stabilitas keuangan secara lebih aktif. Demikian diungkapkan salah satu anggota Dewan Gubernur Fed Daniel Tarullo, Selasa (25/2).
Dalam pidatonya di Asosiasi Nasional Ekonomi Bisnis, Tarullo mengangkat pertanyaan kebingungan potensial yang mungkin Fed hadapi. Menurutnya, pelonggaran moneter yang memberikan kontribusi terhadap pemulihan stabilitas keuangan, jika dipelihara cukup lama dalam menghadapi pemulihan ekonomi yang lambat, pada akhirnya bisa menabur benih ketidakstabilan keuangan baru.
Tarullo juga mengatakan bahwa bank sentral memperhatikan dengan cermat risiko-risiko yang ditimbulkan oleh lingkungan suku bunga rendah. Tarullo mencatat bahwa memasukkan pertimbangan stabilitas keuangan ke dalam keputusan kebijakan moneter tidak perlu menyiratkan penciptaan mandat tambahan untuk kebijakan moneter.
Anggota Dewan Gubernur Fed itu mengatakan valuasi untuk kategori aset seperti real estate dan utang perusahaan tetap dalam norma-norma bersejarah. "Saya tidak berpikir bahwa saat ini kami dihadapkan dengan situasi yang akan menjamin perubahan dalam kebijakan moneter yang kami telah kejar," kata Tarullo kepada hadirin.
"Tapi karena alasan itu, sekarang adalah saat yang tepat untuk mempertimbangkan isu-isu ini lebih aktif," tambah dia.
Komentar Tarullo, menjawab kekhawatiran terhadap langkah Fed melanjutkan kebijakan suku bunga rendah. Sejumlah kalangan menilai kebijakan tersebut dapat mendorong pengambilan risiko yang berlebihan dan dengan demikian membangun kerentanan sistemik.
Namun demikian, Tarullo menyatakan bahwa tindakan kebijakan moneter tidak dapat diambil dari meja sebagai tanggapan terhadap penumpukan risiko sistemik yang luas dan berkelanjutan.