REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kendati neraca perdagangan pada kuartal IV-2013 mengalami surplus, inflasi Januari tercatat relatif tinggi dari pola historisnya, yakni 1,07 persen. Menghadapi hal tersebut, Bank Indonesia (BI) mensinyalkan kebijakan moneter yang ketat ke depannya.
"Secara setahun 2012 dibanding 2013, perbaikan berjalan belum menunjukkan lebih baik. Untuk itu secara umum, BI akan menjaga kondisi bias ini dengan ketat," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo, Kamis (6/2).
Pasar keuangan juga masih mengalami gejolak. Hal itu disebabkan oleh perbaikan negara maju sehingga adanya aliran dana keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Agus mengatakan hal tersebut harus diwaspadai meskipun ekonomi Indonesia terbilang baik.
Tantangan yang dihadapi Indonesia selain inflasi dan aliran dana keluar adalah defisit transaksi berjalan. Agus optimistis defisit transaksi berjalan 2013 dapat lebih rendah dari 3,3 persen. BI akan mempertahankan hal tersebut agar defisit dapat lebih ditekan.
Agus mengatakan untuk menjaga ekspektasi inflasi dan upaya menekan defisit, BI akan mengeluarkan kebijakan.
"BI akan melihat dan mewaspadai dan menganalisa data yang ada, apabila kondisi mengharuskan untuk melakukan penyesuaian policy rate, BI tidak ragu untuk melakukan," ujarnya.