REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Situs microblogging Twitter mengalami kerugian sebesar 645 juta dolar AS (sekitar Rp 7,867 triliun) di tahun 2013. Ini terjadi hanya tiga bulan setelah Twitter mencatakan sahamnya di Bursa Efek New York (NYSE).
Kerugian ini membuat saham twitter jatuh 12 persen dalam perdagangan after hours, Rabu (5/2) kemarin. Pertumbuhan yang lambat dalam jumlah pengguna menjadi faktor yang memengaruhi. Jumlah pengguna Twitter sekitar 241 juta user pada kuartal terakhir 2013. Angka ini hanya naik 3,8 persen dari kuartal sebelumnya.
Hal ini menjadi perlambatan yang cukup parah berbanding dengan pertumbuhan 10 persen di awal 2013. Views Timeline turun hampir 7 persen. Hal ini mebuktikan bahwa user sudah jarang membuka akun mereka.
"Laporan ini akan menjadi tolak ukur bagi Twitter," kata Analis dari Sterne, Agee and Leach Arvind Bhatia seperi dilansir dari BBC News, Kamis (6/2).
Harga saham Twitter menjadi dua kali lipat dari nilai sebelumnya sejak perusahaan ini melayangkan sahamnya di pasar saham. Saat itu bernilai sekitar 18 miliar dolar AS. Twitter mengatakan, 75 persen pendapatan yakni dari iklan, terutama melalui platform mobile.
Lebih dari 90 persen pendapatan pada kuartal terakhir datang dari iklan. Pengiklan membayar untuk tweets promosi dan muncul di feed para user. Tiga-perempat pendapatan iklan berasal dari platform mobile, salah satunya smartphone.
Twitter mengatakan, pihaknya meningkatkan fitur dengan meluncurkan perangkat tambahan seperti jadwal kustom, dan kemampuan untuk mengirim dan menerima foto melalui pesan langsung.