Senin 03 Feb 2014 14:53 WIB

Apakah Wall Street Akan 'Bullish' pada Februari?

Rep: Satya Festiani/ Red: Djibril Muhammad
Bursa saham di Wall Street
Foto: AP
Bursa saham di Wall Street

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Januari telah menjadi bulan yang buruk bagi bursa saham. Goncangan di negara-negara berkembang dan pengurangan stimulus moneter yang dilakukan Federal Reserve membuat Wall Street melemah. Akankan Wall Street kembali bullish bulan ini?

Kepala Ekonom dari High Frequency Economics Jim O'Sullivan mengatakan pada CNN, Ahad (2/2), bahwa dalam jangka pendek pasar masih akan volatil. Terdapat beberapa hal yang menentukan bursa saham AS untuk bulan ini. Hal pertama adalah angka pengangguran Januari.

Para investor akan melihat angka pekerja untuk mengetahui apakah ekonomi AS telah membaik. Hal kedua adalah pertumbuhan angka pekerja di sektor swasta. Biasanya sektor otomotif menjadi indikator yang penting.

Selanjutnya adalah kondisi di negara-negara berkembang. Pasar saham di dunia tergoncang karena depresiasi di lima negara, termasuk Indonesia. O'Sullivan mengatakan, dengan berlanjutnya pengurangan stimulus moneter AS, negara-negara berkembang menjadi kurang atraktif.

Ia percaya akan ada dua skenario yang terjadi. Skenario pertama, para investor meyakini bahwa negara berkembang dan bursa saham akan terus jatuh. Sedangkan dalam skenario kedua, para investor meyakini bahwa ekonomi AS telah membaik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement