REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi industri pariwisata syariah global ternyata menarik perhatian Jepang. Negara matahari terbit itu malah menggandeng pelaku pariwisata syariah Indonesia untuk mengembangkan industri senilai 126 miliar dolar AS itu.
Memang berdasarkan data konsultan bidang travel Crescentrating Halal Friendly Travel dan Dinar standard, belanja wisatawan muslim global di 2011 mencapai 126 miliar dolar. Bahkan lembaga itu memprediksi angka ini meningkat pesat menjadi 192 miliar dolar AS di 2020.
Satu hal yang perlu dicatat, data ini di luar belanja wisata religi seperti haji dan umrah. Angka belanja wisata religi haji dan umrah umumnya mencapai 16-18 miliar dolar.
Sebelumnya, Halal Development Foundation Japan mengundang, Ketua Asosiasi Hotel dan Restoran Syariah Indonesia (AHSIN), Riyanto Sofyan untuk menjelaskan potensi pariwisata syariah global.
Selain Riyanto, HDFJ juga mengundang Ketua MUI, Amidan Amin, Sekjen MUI Ichwan Syam dan Ketua LPPOM MUI, Lukmanul Hakim.
Dalam pertemuan pertama, 22 Januari lalu, MUI, Sofyan Hotel and Management, dan HDFJ sepakat untuk bekerja sama mengembangkan industri halal termasuk pariwisata dan perhotelan di Jepang.
Sejak 2012, Sofyan Hotel juga membantu grand plan pariwisata syariah tanah air yang diprakarsai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Sekretaris pertama Kedutaan Besar Jepang, Kamite, menyampaikan kalau Wakil Menteri Pertanian, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MILT), Manabu Sakai berencana datang ke Indonesia.
Berdasarkan informasi Kamite, Wakil Menteri MILT, Sakai datang sebagai Kepala Delegasi Kementerian. Ia dikabarkan sangat tertarik untuk mengembangkan hotel Halal dan pariwisata syariah.
Ia juga ingin melihat langsung dapur halal milik Hotel Sofyan.
Serta merasakan sendiri bagaimana makan siang dengan label 'halal'.Semetara itu, Riyanto Sofyan sendiri menyatakan pihak Jepang tampak serius untuk mengembangkan pariwisata termasuk hotel syariah.
Lagi pula Jepang memiliki potensi besar untuk mengembangkan pariwisata syariah. Apalagi Jepang memiliki banyak lokasi wisata, di mana muslim dari berbagai negara termasuk Indonesia, senang berkunjung ke sana. Ketika melakukan muhibah ke Jepang, ia sendiri merasakan antusiasme besar dari pemerintah Jepang.
"Awak media masih terus bertanya bahkan setelah seminar usai," tutur dia kepada Republika, Ahad (2/2).
Ia menjelaskan salah satu cara untuk memahami wisatawan muslim adalah dengan mengerti gaya hidup mereka.
Khususnya dalam mencari makanan dan hotel yang memiliki sertifikasi halal. Sementara, berdasarkan pers rilis, Direktur LPPOM MUI, Lukmanul Hakim menyatakan proses sertifikasi halal merupakan hal penting bagi umat muslim.
Sementara masyarakat Indonesia sangat menyukai makanan Jepang dan produk-produk asal Jepang. "Tapi tanpa sertifikasi halal, masyarakat muslim tak bisa memakan atau meminum makanan atau produk Jepang itu," tutur dia seperti dikutip dari pers rilis.