REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kurs dolar menguat terhadap euro pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah kekhawatiran deflasi di zona euro meningkat menyusul laporan yang menunjukkan kenaikan harga lebih lambat.
Sementara yen menguat terhadap mata uang utama lainnya, kemungkinan besar didorong oleh bertahannya kekhawatiran atas gejolak di negara-negara berkembang.
Pada pukul 22.00 GMT (Sabtu pukul 05.00 WIB), euro berada di 1,3487 dolar, turun dari 1,3554 dolar pada Kamis sore.
Dolar merosot menjadi 102,03 yen dari 102,71 yen, dan euro jatuh menjadi 137,61 yen dari 139,21 yen, tingkat terendah euro terhadap mata uang Jepang sejak awal Desember.
Kemerosotan euro terjadi ketika badan statistik Uni Eropa Eurostat melaporkan inflasi di kawasan 18-negara euro, masih kesulitan untuk pulih dari krisis utang, melambat menjadi 0,7 persen pada Januari dari 0,8 persen pada Desember.
Angka ini jauh di bawah target Bank Sentral Eropa (ECB) hanya di bawah 2,0 persen dan akan menjadi agenda utama ketika para kepala ECB bertemu pekan depan, dengan pasar berspekulasi tentang apakah mereka akan bergerak lebih lanjut untuk merangsang pertumbuhan.
Sementara angka pengangguran, tinggal di 12,0 persen pada Desember, tidak berubah sejak Oktober.
"Data pengangguran dan inflasi zona euro terbaru mempertahankan
tekanan pada ECB untuk berbuat lebih banyak guna menangkal risiko deflasi, mungkin secepatnya minggu depan," kata Jonathan Loynes dari Capital Economics.
Sementara data pertumbuhan ekonomi AS yang lebih "bullish" dan komentar dari Federal Reserve pada Rabu mendukung dolar lebih kuat, karena Fed bergerak untuk terus memangkas stimulusnya.
Pound Inggris juga melemah terhadap greenback, bergerak turun menjadi 1,6435 dolar dari 1,6489 dolar.Dolar naik menjadi 0,9060 franc Swiss dari 0,9023 franc.