REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Angkutan Darat (Organda) menilai tingginya biaya logistik akibat bencana banjir menyebabkan inflasi tinggi.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organda Eka Sari Lorena mengatakan, masyarakat akan kesulitan karena susahnya melakukan kegiatan mobilisasi yang amat dibutuhkan dalam menopang perekonomian masyarakat.
Revitalisasi infrastruktur transportasi, kata Eka, demikian penting untuk segera direalisasikan pada 2014 ini. Revitalisasi juga harus mempertimbangkan perubahan iklim yang terjadi.
Dia menerangkan, perubahan iklim, antara lain telah menyebabkan Indonesia makin sering mengalami banjir. Biasanya, banjir besar terjadi lima tahun sekali tetapi kini menjadi setahun sekali.
Laporan dari Asian Development Bank (ADB), kata Eka, telah mengingatkan bahwa wilayah Pasifik akan menghadapi kerugian ekonomi yang serius akibat perubahan iklim.
"Laporan itu ada benarnya. Tahun 2014, Pantura mengalami banjir sepanjang 20 kilometer, padahal 70 persen pergerakan barang dan orang di Indonesia terpusat di pantura sebagai urat nadi transportasi kita," ujar dia di Jakarta, Rabu (22/1) siang.
Dia mencontohkan, ruas Pamanukan yang terendam banjir misalnya, merupakan arus lalu lintas utama perdagangan beras dari lumbung-lumbung padi di kabupaten-kabupaten di pantura Jawa menuju Pasar Induk Cipinang.
Sapi potong juga dibawa dari sentra-sentra peternakan di Jawa Tengah menuju Jakarta melalui jalur pantura. Eka berpendapat, kerugian akibat banjir dapat diminimalkan dan terbantu apabila disiapkan strategi transportasi tidak normal (irregularities) baik di Jakarta ataupun di kota-kota lainnya.
Hal sederhana misalnya, ada informasi dini (early warning system) sehingga truk atau bus tahu kondisi banjir terkini sehingga tak terjebak macet selama puluhan kilometer selama berjam-jam.