REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan Indonesia perlu menarik lebih banyak investasi dari penanaman modal asing (PMA) di tengah berkurangnya stimulus moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
Arus modal jangka pendek diperkirakan akan membentuk pola yang berbeda dengan nilai yang lebih sedikit. "Pola modal asing masuk akan lebih banyak andalkan dari PMA. Era easy money telah berakhir," ujar Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Rabu (15/1).
Tapering off bank sentral AS telah membuat arus asing yang masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia, berkurang. Namun perlu diingat tapering off bukan kebijakan moneter ketat.
BI meyakini penarikan stimulus dari negara berkembang tidak sebesar di wilayah lain seperti di Eropa. Namun negara berkembang tidak bisa selamanya bergantung pada uang panas ini. Indonesia masih memiliki waktu untuk memperbaiki makroekonomi melalui berbagai bauran kebijakan.
Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, pemerintah dapat menarik investasi melalui PMA. "Supaya arus asing lebih banyak dan berjangka panjang," kata Perry.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, perlu mewaspadai perbaikan yang terjadi di ekonomi AS. Indonesia perlu melihat perkembangannya kalau-kalau perbaikannya lebih cepat dari perkiraan.
Indonesia memiliki waktu sepanjang 2014 untuk melakukan pendalaman pasar keuangan, penguatan ekonomi, reformasi struktural dan memperkuat stabilitas keuangan. Agar pertumbuhan ekonomi di level yang diharapkan dapat tercapai.
"Pertumbuhan 5,8 sampai 6,2 persen masih relevan bila reformasi ekonomi dilakukan terus-menerus," ujar Agus.