REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Devisa Sumatera Utara dari ekspor alumunium tahun 2013 mencapai 257,647 juta dolar AS di tengah masih belum pastinya persentase kepemilikan saham untuk daerah itu pascahabisnya kontrak Jepang di perusahaan tersebut.
"Meski devisa tahun 2013 hingga November turun 7,10 persen dibandingkan periode sama 2012, tetapi kontribusi golongan barang itu terhadap devisa Sumut lumayan besar," kata Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Ateng Hartono di Medan, Minggu.
Tahun 2012, devisa Sumut dari alumunium mencapai 277,329 juta dolar AS.
Ekspor alumunium Sumut masih ke Jepang di tengah akan selesainya kontrak Jepang di perusahaan itu.
"Mudah-mudahan nilai ekspor alumunium tahun ini lebih besar karena ada informasi harga diperkiraan naik,"katanya.
Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho sebelumnya berharap Pemerintah Provinsi Sumut dan 10 kabupaten/kota di kawasan Danau Toba dan Asahan bisa mendapatkan 58,88 persen saham di PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) pascahabisnya kontrak Jepang di perusahaan itu.
"Persentase sebesar itu merupakan hasil rapat dengan 10 pemerintah kabupaten/kota soal Inalum," katanya.
Gatot menjelaskan, terkait kepemilikan saham itu, Pemprov Sumut dan 10 kabupaten/kota itu berencana akan bernaung dalam PT. Pembangunan Prasarana Sumatera Utara sebagai konsorsium yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah kabupaten kota dan provinsi.
Tidak tertutup kemungkinan konsorsium akan bekerja sama dengan beberapa perusahaan lain.
Namun hingga dewasa ini belum ada keputusan soal saham itu dari Pemerintah Pusat meski DPR RI memberikan sinyal menyetujui.