Jumat 10 Jan 2014 07:51 WIB

BOE Hadapi Tekanan untuk Naikkan Suku Bunga

Suku bunga bank (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Suku bunga bank (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Keputusan bank sentral Inggris, Bank of England (BoE) pada Kamis (9/1) untuk mempertahankan suku bunga utamanya sebesar 0,5 persen tidak mengejutkan, karena sudah diperkirakan banyak kalangan. Namun para ekonom berspekulasi bahwa ekonomi negara itu yang bangkit kembali dan penurunan dalam angka pengangguran mungkin berarti bahwa suku bunga bisa dipangkas sebelum akhir 2014.

Komite Kebijakan Moneter (MPC) BoE telah menargetkan pengangguran tujuh persen sebagai ambang batas di mana ia meninjau kembali suku bunga bank yang telah berada di tingkat terendah dalam sejarah sebesar 0,5 persen sejak awal 2009, sebagai tanggapan terhadap krisis keuangan.

Blerina Uruci, ekonom Inggris di Barclays Economics Research, mengatakan mengingat langkah cepat pemulihan sejauh ini dan kekuatan tak terduga dari pertumbuhan lapangan kerja, MPC menghadapi tantangan komunikasi mengenai indikasinya bahwa suku bunga bank akan tetap rendah untuk waktu yang lama. "Dengan meningkatnya risiko-risiko bahwa tingkat pengangguran akan turun menjadi tujuh persen, lebih cepat dari perkiraaan awal MPC, itu telah semakin menekankan fakta bahwa tingkat pengangguran hanya sebuah ambang dan mencapai tujuh persen adalah kondisi yang cukup yang diperlukan tetapi tidak untuk memulai pengetatan," paparnya.

Jika laju pemulihan berkelanjutan dan tingkat pengangguran terus mengejutkan menurunkan, MPC akan berada di bawah tekanan yang meningkat untuk menjelaskan apa yang akan terjadi setelah ambang batas pengangguran tercapai. "Kondisi yang tidak biasa dari pemulihan, dengan pertumbuhan lemah berkepanjangan sejak krisis keuangan, akan berarti bahwa kebijakan moneter harus tetap akomodatif untuk beberapa waktu ke depan," kata Uruci.

Dia mencatat bahwa penurunan lebih cepat dalam tingkat pengangguran mungkin menandakan kurangnya kapasitas cadangan dalam perekonomian dan akan membuatnya semakin sulit untuk mempertahankan suku bunga bank pada rekor rendah 0,5 persen. "Hal ini menimbulkan risiko-risiko bahwa kenaikan pertama akan datang pada 2015 daripada 2016, dalam pandangan kami," tambah Uruci.

Daiwa Capital Markets mengatakan saat ekonomi sedang tumbuh cepat, tingkat produk domestik bruto tetap di bawah tempatsebelum krisis melanda, inflasi telah jatuh cukup cepat kembali ke arah target MPC dua persen, dan pertumbuhan upah masih jauh di bawah tingkat itu. Untuk alasan ini penurunan suku bunga tahun ini kurang mungkin, kata lembaga itu dalam sebuah catatannya.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement